Pengikut

winart

Selasa, 03 Juni 2014

PROSES TERJADINYA ALAM, HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM DAN FUNGSINYA
Disusun Oleh :
Winardy Listiyo
1303040007

Description: http://cdc.ump.ac.id/img/logo-big.png








TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

A.    Proses terjadinya Alam dalam Perspektif Islam

1.       Alam Semesta

Dari pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat, manusia menyadari dirinya berada dalam satu alam yang tak terbatas luasnya yang tak sebanding dengan ukuran fisiknya yang amat kecil. Dari kesadaranini munculah pertanyaan hakikat lain : “Kapankah alam ini diciptakan ?” “Bagaimana alam ini terjadi ?” “Dari sumber apa alam ini memperoleh hidupnya ?” dan masih banyak pertanyaan hakikat lain yang menimbulkan kegelisahan manusia yang selanjutnya melahirkan penelitian-penelitian tentang alam semesta.

Menyikapi pertanyaan-pertanyaan diatas, para ilmuwan muslim klasik sperti Abu Raihan Al-Baiquni, yang hidup pada abad ke-X adalah orang pertama yang menyatakan universalitas hokum alam, dengan mengatakan bahwa model alam Plolemaeos,yang geosentris secara fisik tidak masuk akal. Sebab langit yang begitu luas dan besar dengan bintang yang menurutnya menempel padanya dinyatakan berputar mengelilingi bumi sebagai pusat.

A.      Kosmologi Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an sendiri alam adalah segala apasaja selain Allah SWT. Yang ada hanya dua,yaitu Allah dan alam semesta. Alam adalah yang diciptakan (makhluk), sedang Allah adalah Pencipta (khalik), maka dalam Al-Qur’an, Allah bergelar Rabbul Alamin (Tuhan semesta Alam).

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya : “Jadilah”, lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah : 117)

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah adalah sang pencipta Langit dan Bumi, yang memiliki kekuasaan Absolut, otoritatif dan distingt (berbeda).
Pada ayat lain dijelaskan bahwa proses penciptaan Langit dan Bumi terjadi dalam waktu 6 hari, atau bertumbuh dalam enam masa yang panjang. Lebih lanjut dapat kita lihat firman-Nya.

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. Al-Anbiya : 30)
Para kosmologi menafsirkan kata Langit (sama’) dan Bumi (Ardh) pada ayat ini dengan cara memilih kata berbeda dari makna aslinya :

a.       Sama’ tidak lagi diartikan sebagai bola super raksasa yang dindingnya ditempeli bintang-bintang. Melainkan ruang alam yang di dalamnya terdapat bintang-bintang, galaksi dan lainnnya.
b.      Ardh, bumi atau tanah, karena bumi baru terbentuk sekitar 4,5 Milyar tahun yang lalu di sekitar matahari, dan tanah di bumi ini baru terjadi sekitar 3 Milyar tahun yang lalu sebagai kerak di atas magma, maka kata Ardh itu lebih dekat diartikan sebagai bakal bumi.
Keterpaduan (ratqan) ruang dan materi (langit dan bumi) seperti dinyatakan di dalam ayat di atas hanya dapat dipahami jika keduanya berada pada satu titik singularitas fisis (kehampaan) yang berisi semua materi.
Lebih lanjut dikatakan bahwa ekspansi alam ini menaburkn materi paling tidak sebanyak 100 milyar galaksi yang masing-masing berisi rata-rata 100 milyar bintang (Baiquni 1996:14). Hal ini dapat dilihat dlam firman-Nya.
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (QS. Adz-Dzariyat : 47)
Kekuatan yang dilibatkan dalam pembangunan alam ini, dan yang mampu melemparkan kira-kira 10.000 milyar bintang yang masing-masing massanya sekitar massa matahari ke seluruh pelosok alam itu,tentu sulit untuk dibayangkan.
B.      Mekanisme Alam ; Sunnatullah

Alam semesta itu telah diciptakan oleh Allah menurut hokum-hukum yang pasti, yang objektif dan yang tetap. Artinya, alam semesta adalah suatu kosmos yang dalam bahasa ilmu pengetahuan di tentukan oleh laws of nature.

Manusia sendiri seutuhnya takluk kepada hukum pertumbuhan dan pertumbuhan dan perubahan. Semenjak ia satu sel dan embrio dalam Rahim, kemudian lahir bayi, menjadi kanak-kanak, tumbuh menjadi remaja, selanjutnya menjadi tua dan akhirnya mati menjadi tanah di perut bumi.

yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqan : 2)

B.    Hubungan Manusia dengan Alam

a.       Hubungan Historis

Sampai saat ini manusia memahami bahwa dirinya adalah satu-satunya makhluk beradab dalam kosmos yang luas dan kosong ini. Ini adalah suatu pengertian yang membangkitkan perasaan kagum, takut, heran dan takzim.
Asala –usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta merupakan topic menarik. Kapankah pertama kali manusia hadir di muka bumi ini ?

Manusia berusaha mengenal dirinya dan mengenal alam semesta. Ia ingin lebih tahu siapa dirinya dan bagaimana alam semesta. Dua jenis pengetahuan ini menentukan evolusi, kemajuan dan kebahagiaannya. Agama mengajak manusia untuk mengenal dirinya. Pokok-pokok ajaran agama adalah kenalilah dirimu agar engkau tahu Tuhanmu dan jangan melupakan Tuhanmu agar kamu tidak lupa akan dirimu. Imam Ali as mengatakan, "Semoga Allah merahmati manusia yang tahu asal-usulnya, tahu keberadaan dirinya, dan tahu hendak ke mana dirinya."

Pengenalan manusia merupakan sebuah jalan untuk mengenal Tuhan dan pada dasarnya, jalan mengenal Tuhan akan melewati gerbang pengenalan manusia itu sendiri. Imam Ali as berkata, "Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh dia akan mengenal Tuhannya".
Manusia dapat mengenal Tuhan dengan sifat Jamaliyah (keindahan) dan Jalaliyah (Keagungan) dengan cara tafakkur, perenungan, dan penyelaman terhadap dirinya sendiri. Imam Ali as berkata, "Barang siapa yang telah mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya dan karena ia telah mengenal Tuhan, maka ia telah sampai pada ilmu dan pengetahuan tentang seluruh keberadaan."

Oleh sebab itu, pengenalan terhadap berbagai dimensi dan karakteristik manusia akan mendekatkan seseorang pada asal mula penciptaan dan tujuan dasarnya. Rasul SAW bersabda, "Orang yang paling tahu tentang dirinya, maka ia adalah orang yang paling mengenal Tuhannya." Dikisahkan bahwa seorang sufi berkata kepada sahabatnya demikian, "Wahai Tuhan, kenalkanlah diri-Mu kepadaku." Sementara aku berkata, "Wahai Tuhan, kenalilah aku pada diriku sendiri."

Hubungan manusia dan alam semesta merupakan sebuah tema penting filsafat. Dengan kata lain, itu adalah sebuah masalah yang sangat esensial bagi manusia, dimana ia menyimpan potensi besar dalam dirinya. Mereka yang mengkaji tema-tema Ilahiyat dan ingin mengetahui hubungan antara makhluk dan khalik, atau mereka yang ingin mengenal dirinya sendiri dan juga orang-orang yang ingin mempelajari metode kehidupannya baik itu dalam dimensi individu, sosial atau bahkan universal, maka mereka akan berurusan dengan masalah manusia dan alam semesta. Jika masalah ini terpecahkan, kebanyakan dari problema umat manusia akan terselesaikan.
ada hubungan yang sangat erat dan penuh makna antara manusia dan alam semesta. Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang memiliki ikatan abadi dengan seluruh dimensi alam. Seluruh bagian dan gerakan di alam memiliki hubungan satu dengan yang lain. Ada ikatan erat antara karakteristik dan fenomena-fenomena di alam ini.

Seperti yang dijelaskan pada firman dalam Al-Quran surat Hud ayat 61, dan surat Al-A’raf ayat 56 :

Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan kalian memakmurkannya (mengurusnya).

Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya.

Dengan demikian, dapat dipahami dengan jelas bahwa kesadaran melestarikan lingkungan, sebagaimana yang dikampanyekan oleh orang-orang sekarang ini, dasar-dasarnya telah digariskan oleh Islam sejak lima belas abad yang lalu. Hanya saja, karena keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohannya sendiri, umat Islam seringkali kurang memahami arti dari ayat-ayat dari Al-Quran.

b.      Hubungan Fungsional

Bagaimanapun proses penciptaannya manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Teori Cosmozoa yang menyatakan bahwa manusia berasal dari luar angkasa.
Dalam system kosmos manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan karena memiliki keunggulan dalam system kesadaran maka alam semesta menjadi objek yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tinjauan ilmiah tentang alam mendekatkan manusia dengan tata laku penciptanya dan dengan demikian mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan suatu penglihatan yang lebih dalam mengenai hal itu.

Penglihatan terhadaphakikat alam tanpa kekuatan untuk memakmurkan akan dapat memberikan peningkatan moral tetapi tidak akan dpat memberikan kebudayaan yang abadi.sebaiknya, kekuatan tanpapenglihatan cenderung untuk menjadi distruktif dan tak berprikemanusiaan.
Keduanya harus digabungkan agar perluasan rohaniah kemanusiaan dapat terlaksana.
Namun keharmonisan tidak selalu menghiasi hubungan manusia dengan alam semesta. Pada suatu saat, ketika kehidupannya masih sangat sederhana,insting-insting manusia berjalan sesuai dengan sifat dan hukum alam.
Manusia hidupdi gua-gua berburu dan mencari makan dengan menggunakan alat buatan mereka sendiri seperti kapak dan panah batu. Tetapi perkembangan pengetahuan manusia dalam merespon sebagai kesulitan yang terkait dengan penyesuaian diri dengan alam pada akhirnya membuahkan kreasi yang mengungguli sifat alam.

































C.     Fungsi manusia dengan Alam

Manusia merupakan kesatuan dengan dunia , manusia tidak dapat dipisahkan dengan alam  dunia.
Halini berarti manusia bukan seperti pribadi yang dari alam sekitarnya,melainkan bersama-sama dengan alam sekitarnya, baik sekitar fisik, terutama sekitar sosial. Hubungan manusia baik sekitar fisik maupun sekitar sosial ini bersifat kausal (sebab dan akibat).

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah karya-karya manusia yang sangat penting, semakin maju cara berfikir manusia akan semakin maju pula ilmu dan teknologinya dan dengan demikian akan semakin maju juga diri dan masyarakatnya.

Dengan demikian alam sekitar semakin dapat dikontrol dan dikendalikan oleh manusia itu sendiri, jdai manusia tidak lagi tergantung dengan alam, tetapi sebaliknya manusialah yang mengendalikan alam sekitarnya.
Begfitu juga sebaliknya,semakin sederhana cara berfikir manusia, mereka juga akan semakin tergantung pada alam seperti kita lihat pada masyarakat primitive. Hidup mereka masih sangat tergantung terhadap alam sekitar.

Mengapa ada masyarakat maju dan ada masyarakat yang masih tertinggal ? hal ini terjadi karena manusia itu mempunyai potensi yang akan berkembang jika manusia mendapat rangsangan dari sekitar dalam kehidupan sosialnya, maka tumbuhlah potensi untuk berpikir, berkarya, berkreasi dan lain sebagainya.

Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam, tuhan telah melengkapi manusia dengan potensi rohaniah yang lebih dari makhluk hidup lainnya.
Terutama potensi akal,maka manusia dibebani tugas, tugas untuk memanfaatkan apa yang ada di alam ini dan juga tugas untuk menjaga dan melestarikan alam.
Tersebut dalam firman Allah SWT :

Kemudian setelah selesai sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi (untuk menjalankan urusan masing-masing), dan carilah apa yang kamu hajati dari limpah kurnia Allah, serta ingatlah akan Allah banyak-banyak (dalam segala keadaan), supaya kamu berjaya (di dunia dan di akhirat). (QS. Al-Jum’at : 10)
Makanlah kamu dan minumlah kamu daripada rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbuat bencana di atas bumi ini. (QS. Al-Baqarah : 60)

Sebagai peneliti alam, Allah telah memerintahkan pada manusia agar menggunakan akalnya, untuk mempelajari alam semesta dan dirinya sendiri, kecuali untuk kemanfaatan hidupnya.

Tersebut dalam firman Allah SWT :

Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi dan (pada) pertukaran malam dan siang dan (pada) kapal-kapal yang di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfa`at kepada manusia demikian juga (pada) air hujan yang Allah turunkan dari langit lalu Allah hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta Ia biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang, demikian juga (pada) peredharan angin dan awan yang tunduk (kepada kuasa Allah) terapung-apung di antara langit dengan bumi sesungguhnya (pada semuanya itu) ada tanda-tanda (yang membuktikan ke esaan Allah, kekuasaanNya, kebijaksanaanNya, dan keluasan rahmatNya) bagi kaum yang (mahu) menggunakan akal fikiran.(QS. Al-Baqarah : 164)
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lohmahfuz).  Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.(QS. Al-Fathir : 11)
Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (QS. Al-Fathir : 13)




Sebagai penguasa dimuka bumi (Khalifah), Manusia diberikan kedudukan oleh Allah SWT sebagai pengatur kehidupan di muka bumi ini.
Tersebut dalam firman Allah SWT :
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am : 165)
Sebagai makhluk yang bertanggung jawab, setelah dengan kemampuan akalnya manusia meneliti dunia dan dirinya sendiri, dan kemudian mengerti bahwa hakikat diciptakannya manusia dan alam semesta ini semat-mata untuk menyembah kepada Allah.
maka sebagai konsekuensi diberikan kedudukan yang istimewa oleh tuhan pada manusia seperti tersebut di atas, maka manusia juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya di dunia.
Firman Allah SWT :
 Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan ( yang megah di dunia itu ). (QS. At-Takatsur : 8)
pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).(QS. An-Nur : 24-25)
demikian kedudukan manusia seperti yang tertera pada Firman Allah SWT, sedikit gambaran dan bagaimana kita sebagai manusia seharusnya berperilaku dan bertindak.












DAFTAR PUSTAKA


> Eman Surya Mintaraga, Lc (2004). Diktat Ajar : Pendidikan Agama Islam. Purwokerto : LPPI UMP

> Dra. Zuhairini. Dkk. “ FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM ” Jakarta : Bumi Aksara 2009














0 komentar:

Posting Komentar