Pengikut

winart

Selasa, 03 Juni 2014

MAKALAH TENTANG KEHIDUPAN


KEHIDUPAN
Disusun Oleh :
Winardy Listiyo
1303040007

Description: http://cdc.ump.ac.id/img/logo-big.png








TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

A.    ARTI KEHIDUPAN
Dunia, yang secara nyata dapat dinilai oleh setiap orang yang dapat melihat sebagai suatu alam dimana kehidupan senantiasa berputar dengan segala kesenangan dan kepahitannya, gelanggang dimana manusia dilepas untuk memainkan peranan tertentu yang dipilihnya. Untuk memahami hidup, tentu kita harus menilik kepada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yaitu siapa penciptanya, untuk apa diciptakan, dan bagaimana seharusnya kita hidup, dan bagaimana hubungan antara ketiganya pada sebelum dan sesudahnya.
Ketika kita memperhatikan alam, manusia, dan kehidupan, kita akan mendapatkan suatu yang sangat seimbang dan sempurna tanpa cacat. Sesuatu yang apik seolah-olah tak henti-hentinya diatur oleh sesuatu. Dan sesuatu itu tentunya adalah wajib adanya seperti wajibnya keberadaan seorang pembuat kursi atas sebuah kursi yang dapat kita indra. Dan sesuatu itu adalah mesti bersifat maha kuasa dan maha sempurna serta maha cerdas, dikarenakan terlihatnya ciptaan-ciptaan yang bergitu agung yang berada pada diri kita juga di sekeliling kita tempat kita menjalani kehidupan yang keberadaannya bergitu nyata.
Firman Allah SWT :
“Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari (6 masa tertentu). Kemudian Dia bersemayam di atas arsyi ” (QS. Al-Hadid :4)
Ayat di atas menandakan bahwa Allah-lah pencipta langit dan bumi, termasuk kehidupan di dalamnya, dan tidak benar ketika ada orang yang mengatakan bahwa kehidupan ini ada dengan sendirinya atau teori-teori ilmuwan lain mengenai penciptaan alam semesta yang menampik keberadaan Allah sebagai satu-satunya yang terlibat dalam penciptaan itu, seperti pendapat para penganut paham Sosialis komunis.
Kemudian ayat :
Dialah Tuhan di langit dan di bumi. Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui“  (QS. Az-Zukhruf :84)
Di samping sebagai pencipta, ternyata Allah jugalah penguasa langit dan bumi, hidup dan kehidupan.
Oleh karena kita sudah meyakini bahwa pencipta dunia beserta kehidupan di dalamnya adalah Allah Yang Maha Esa. Maka adalah hal yang mustahil apabila seorang kreator Yang Maha Cerdas tidak mengetahui hakikat ciptaannya beserta tujuan ciptaan-Nya. Seperti mustahilnya seorang perancang software tidak mengenal seluk beluk karyanya atau tidak mengetahui untuk aplikasi apa program yang telah dirancangnya dengan segala daya upayanya.
Allah SWT sangat mengenal hakikat ciptaan-Nya yaitu kelebihan dan kelemahannya serta Dia juga mempunyai seperangkat tujuan atas karya-karya terebut, termasuk tujuan diciptakannya hidup dan kehidupan. Dalam firman-Nya :
Hidup di dunia ini, tak lain hanya kesenangan dan permainan. Sesungguhnya kampung akhirat, itulah kehidupan yang sebenarnya. Jika mereka mengetahui” (QS. Al-Ankabut :64)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia, hanya pergurauan, permainan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berlomba-lomba banyak pada harta benda dan anak-anak….hidup di dunia ini tak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”  (QS. Al-Hadiid :20)
“Katakanlah, kesenangan dunia Cuma sedikit dan akhirat lebih baik bagi orang yang bertaqwa”  (QS. An-Nisaa’ :77)
kehidupan dunia yang kita agung-agungkan tidak lain hanyalah gelanggang permainan. Yang namanya permainan, senang bukan senang benaran, susah juga bukan susah benaran. Semuanya hanya sandiwara, tinggal bagaimana kita menyikapi kehidupan itu sendiri. Ternyata pula bahwa ada alam lain yaitu alam akhirat yang lebih kekal dan itulah kehidupan yang sebenarnya. Dunia hanya tipuan Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya. Seperti yang disebutkan pada ayat ini :
Tuhan yang menciptakan mati dan hidup, karena hendak menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Al-Mulk :2)

Ternyata hidup di dunia ini adalah salah satu fase kehidupan manusia menuju ke alam yang lain yaitu alam akhirat setelah sebelumnya mengalami kematian dan berdiam di alam barzakh (alam kubur). Alam yang akhirat mempunyai aturan main yang berbeda dengan alam dunia. Aturan main yang baku, yang telah di tentukan oleh penciptanya dan tak seorangpun yang kuasa mengubahnya. Yaitu bahwa orang yang beriman dan beramal saleh, menaati Allah dan rasul serta bertaqwa akan selamat dan dimasukkan ke dalam kesenangan abadi yaitu syurga.
Allah SWT berfirman :
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh -tiadalah Kami berati seseorang melainkan sekedar tenaganya- mereka itulah penghuni syurga mereka kekal di dalamnya”  (Q.S Al-A’raaf : 42)
Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab dan tidak pula mereka berduka cita”  (Q.S Az-Zumar :61)
Sebaliknya orang yang kafir, zalim, fasik, durhaka serta banyak dosa akan di masukkan ke dalam azab yang keras, dan abadi. Naudzu billah mindzalik. Sebagaimana firman-Nya :
Orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, mereka menjadi kayu api bagi neraka jahannam” (QS. Al-Jin :15)
Ingatlah, sesungguhnya orang-orang zalim itu berada dalam azab yang kekal” (QS. Asy-Syuuaraa :45)
Walhasil, ternyata kita hidup punya tujuan yaitu negeri akhirat, dan bagaimana hidup yang benar itu adalah hidup dengan menaati aturan Allah yang semuanya tercantum dalam Al-Quran.

A.    KEHIDUPAN KEDUA
Sebelum  membicarakan  wawasan  Al-Quran  tentang  kematian, terlebih  dahulu  perlu  digarisbawahi  bahwa kematian dalam pandangan Al-Quran tidak hanya terjadi  sekali,  tetapi  dua kali. Surat Ghafir ayat 11 mengabadikan sekaligus membenarkan
ucapan orang-orang kafir di hari kemudian:
"Mereka berkata, 'Wahai Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan     kami dua kali (pula), lalu kami menyadari  dosa-dosa kami maka adakah jalan bagi kami untuk keluar (dari siksa neraka)?"
Kematian  oleh   sementara   ulama   didefinisikan   sebagai "ketiadaan  hidup,"  atau  "antonim  dari  hidup."  Kematian pertama dialami oleh manusia sebelum kelahirannya, atau saat sebelum  Allah menghembuskan ruh kehidupan kepadanya; sedang kematian kedua, saat ia meninggalkan dunia  yang  fana  ini.
Kehidupan  pertama  dialami  oleh  manusia pada saat manusia menarik dan menghembuskan nafas di dunia,  sedang  kehidupan kedua  saat  ia berada di alam barzakh, atau kelak ketika ia hidup kekal di hari akhirat.
Al-Quran  berbicara  tentang  kematian  dalam  banyak  ayat, sementara pakar memperkirakan tidak kurang dari tiga ratusan ayat yang berbicara  tentang  berbagai  aspek  kematian  dan kehidupan sesudah kematian kedua.
Dari  Al-Quran  ditemukan bahwa kehidupan yang dijelaskannya bermacam-macam   dan   bertingkat-tingkat.   Ada   kehidupan tumbuhan,  binatang,  manusia,  jin, dan malaikat, sampai ke tingkat tertinggi  yaitu  kehidupan  Yang    Mahahidup   dan Pemberi Kehidupan.
Di sisi lain, berulang kali ditekankannya bahwa ada kehidupan di  dunia  dan  ada  pula  kehidupan  di akhirat.  Yang  pertama  dinamai  Al-Quran al-hayat ad-dunya (kehidupan yang rendah),  sedangkan  yang  kedua  dinamainva al-hayawan (kehidupan yang sempurna).
"Sesungguhnya negeri akhirat itu adalah al-hayawan (kehidupan yang sempurna)" (QS Al-'Ankabut [29]: 64).
Kematian walaupun kelihatannya adalah kepunahan, tetapi pada hakikatnya  adalah  kelahiran  yang  kedua. Kematian manusia dapat diibaratkan dengan menetasnya telur-telur.  Anak  ayam yang   terkurung   dalam   telur,   tidak   dapat   mencapai kesempurnaan evolusinya kecuali apabila ia menetas. Demikian juga  manusia,  mereka  tidak  akan mencapai kesempurnaannya kecuali apabila meninggalkan dunia ini (mati).
Memang,  Al-Quran  juga  menyifati  kematian sebagai musibah malapetaka (baca surat Al-Ma-idah [5]: 106), tetapi  agaknya istilah  ini  lebih  banyak  ditujukan  kepada  manusia yang durhaka, atau terhadap mereka  yang  ditinggal  mati.  Dalam arti bahwa kematian dapat merupakan musibah bagi orang-orang yang ditinggalkan sekaligus musibah bagi  mereka  yang  mati tanpa  membawa  bekal  yang  cukup  untuk  hidup  di  negeri seberang.
Setelah manusia mati akan mengalami tahapan sbb :
1.      ALAM BARZAKH
Para salaf bersepakat tentang kebenaran adzab dan nikmat yang ada di alam kubur (barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW selalu berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur.

2.      PENIUPAN SANGKAKALA
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT
3.      HARI BERBANGKIT
 “Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al Mujadilah : 6).
4.      PADANG MAHSYAR
“(Yaitu) pada hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).
5.      SYAFAAT
Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir dan munafik, maka tidak ada syafaat bagi mereka. Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT). 

6.      HISAB

Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran. 
“Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Jatsiah:28).

7.      PEMBAGIAN CATATAN AMAL

Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia.

8.      MIZAN

Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman :
 “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47)
Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka.
9.      TELAGA
Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain.
10.  UJIAN KEIMANAN SESEORANG
Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.
11.  SHIRATH
Shirath adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).
12.  JEMBATAN
Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam.






















B.    KEHIDUPAN AKHIRAT

Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang mesti dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya, kehidupan dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Ar-Raghib mengatakan, "Kekal adalah terbebasnya sesuatu dari segala macam kerusakan dan tetap dalam keadaan semula."

Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan, bukan tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Karena itu, Alquran menamainya dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat kehidupan yang sebenarnya.
Pertama, al-hayawan (kehidupan yang sebenarnya). "Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui." (QS al-Ankabut [29]: 64).
Kedua, dar al-qarar (tempat yang kekal). "Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara), dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." (QS Ghafir [40]: 39).
Ketiga, dar al-jaza' (tempat pembalasan). "Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang benar lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)." (QS an-Nur [24]: 25).
Keempat, dar al-muttaqin (tempat yang terbaik bagi orang yang bertakwa). "Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: 'Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?' Mereka menjawab: '(Allah telah menurunkan) kebaikan.' Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS an-Nahl [16]: 30).
Dengan demikian, setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini. Sebab, "Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang." (QS ad-Dhuha [93]: 4).
Oleh karena itu, "Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya." (QS al-Baqarah [2]: 25).

C.     CARA HIDUP


Salah satu nikmat Allah yang harus kita jaga adalah nikmat kesehatan. Betapa tingginya nikmat kesehatan ini dapat kita rasakan ketika kita telah dirundung sakit. Oleh karena itu, maka mencegah agar kita tidak sakit akan jauh lebih berharga dibandingkan dengan mengobatinya, meskipun kita percaya bahwa semua penyakit memang ada obatnya.
Salah satu usaha untuk mencegah supaya kita tidak gampang sakit adalah mengikuti cara yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam sejarah Rasulullah SAW, konon diketahui bahwa selama hidupnya pernah mengalami sakit satu kali saja. Yaitu ketika beliau menjelang tutup usia. Memang ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah mengalami sakit lebih dari satu kali. Namun, pendapat tersebut tetap menunjukkan bahwa Rasulullah memang jarang menderita sakit selama hidupnya. Dengan melihat betapa sibuknya beliau dalam mengemban tugas kenabian, maka pendapat tersebut tetap memberikan gambaran betapa kuat fisik beliau atau betapa kuat daya tahan beliau.
Pertama,
Rasulullah SAW sangat selektif dalam memilih makanan yang halalan dan toyyiban.Rasulullah SAW hanya makan makanan yang halal, dalam arti bukan makanan haram yang diperoleh dari usaha atau cara yang tidak dibenarkan secara syariat. Dengan kata lain, Rasulullah SAW selalu makan makanan yang diperoleh dengan cara yang benar. Bukan makanan dari hasil curian, bukan berasal dari uang korupsi, dan sebagainya. Halal terkait dengan urusan akhirat. Sementara toyyib terkait dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya untuk kesehatan kita, atau bergizi atau tidaknya makanan yang kita makan.
Sate kambing, sebagai contoh, memang merupakan makanan yang halal, karena diperoleh dari membeli dengan menggunakan uang dari jerih payah dalam bekerja, bukan uang korupsi dan atau bukan berasal dari hasil mencuri. Namun sate kambing bukan makanan yang toyyib bagi seseorang yang mungkin mengalami tekanan darah tinggi.

Kedua,
Rasulullah SAW tidak makan sebelum lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang. Dalam hal ini, Rasulullah SAW tidak makan sampai terlalu kenyang. Tidak makan sampai di luar batas kemampuan perutnya. Rasulullah mempertimbangkan kemampuan perut dengan perbandingan yang seimbang antara sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk udara (oksigen) di dalam perut.
Perbadingan ideal tersebut hanya dapat dilakukan jika beliau tidak makan sebelum lapar, segera berhenti makan sebelum kenyang. Dengan kata lain, makan yang baik adalah pada waktunya. Penyakit maag pada umumnya terjadi karena cara makan yang tidak teratur.

Ketiga,
Rasulullah SAW makan dengan tenang, tuma’ninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo yang sedang. Cara makan yang dilakukan Rasulullah SAW ternyata sangat sesuai dengan anjuran kesehatan, agar kita mengunyah makanan sampai sekitar 32 kali, sehingga makanan yang kita makan sampai di usus besar dapat dicernakkan dengan mudah, dan kemudian diserap di usus halus dengan mudah pula.
Tugas usus akan sangat terbantu oleh cara makan yang tenang, tumakninah, tidak tergesa-gesa, dan dengan tempo yang sedang.
Kita akan menikmati lezatnya makanan yang kita makan dengan cara makan yang demikian. Dan dengan demikian, rasa syukur akan muncul ketika kita makan, di samping memulai makan dengan basmallah dan mengakhirinya dengan hamdallah.
Keempat,
Rasulullah SAW cepat tidur dan cepat bangun. Jika sudah waktunya tidur, maka Rasulullah SAW akan cepat tidur. Tidur yang tepat di malam hari kira-kira adalah seusai istirahat setelah shalat Isya, kurang lebih pukul 21.30. Kemudian kira-kira pukul 03.00 sudah bangun di pertiga malam untuk shalat malam.
Dengan demikian waktu yang digunakan untuk tidur adalah kurang dari delapan jam. Dalam konteks ini, penggunaan waktu 24 jam dalam satu hari satu malam, adalah sepertiga untuk bekerja, sepertiga untuk beribadah kepada Allah, dan sepertiga lagi adalah untuk tidur yang cukup. Tentu saja, perbandingan ini tidaklah kaku, melainkan dalam pengertian dalam keseimbangan.
Kelima,
Rasulullah SAW selalu istiqamah melaksanakan puasa sunah,  di luar puasa wajib Ramadhan. Dari segi kesehatan, puasa merupakan satu bentuk pemberian istirahat bagi sistem pencernakan makanan kita. Ibarat mesin, sistem pencernakan kita memerlukan masa overhaul atau turun mesin untuk merevitalisasi kemampuan mesin.
Demikian juga dengan sistem pencernakan kita, juga memerlukan turun mesin agar dapat mempunyai tenaga kembali untuk melakukan tugasnya dalam mencerna makanan dalam tubuh kita.
Keenam,
Rasulullah SAW selalu rutin berolahraga. Olahraga merupakan kegiatan menggerakan seluruh anggota tubuh secara teratur, sehingga otot-otot menjadi kuat, persendian tidak kaku, dan aliran darah berjalan lebih lancar ke semua jaringan dan organ-organ tubuh. Rasulullah SAW menganjurkan semua muslim berolahraga secara rutin sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Sabda beliau: “Ajarilah anakmu (olahraga) berenang dan memanah” (HR.Dailami).
Ketujuh,
Rasulullah SAW selalu menjaga kebersihan. Beliau senantiasa nampak rapi dan bersih walaupun pakaian yang beliau miliki tak lebih dari dua salinan. Tak pernah ada bintik-bintik hitam atau kuning pada sorbannya. Sedang gamisnya selalu putih bersih.
Tiap hari kamis atau jumat beliau mencukur rambut-rambut halus yang tumbuh di bagian pipi. Kuku juga dipotong setiap pekan. Rambut yang panjang selalu tersisir rapi pada waktu tertentu, beliau mengoleskannya dengan sejenis minyak wangi. Gigi beliau putih dan berbaris rapi.
Kedelapan,
Rasulullah SAW tidak pernah marah. Suatu riwayat menceritakan bahwa seorang untusan dari Bani Nadhir menemui Rasulullah untuk minta nasehat yang pendek dan dengan melaksanakan nasehat pendek itu, ia ingin masuk surga sehingga terlepas dari siksa neraka. Nabi memberi nasehat pendek.
“Jangan Marah”
“Ulangi nasehatmu ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”
“Sekali lagi ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”
Kesembilan,
Rasulullah SAW menganjurkan agar jangan iri hati. Iri hati adalah saudara kandung dari buruk sangka. Misal, timbul kecemasan dan kegelisahan dalam diri seseorang jika temannya memperoleh kehidupan yang lebih baik atau pangkat yang lebih tinggi. Hati Rasulullah selalu tenteram dan tak pernah membenci siapapun. Beliau bersabda:






DAFTAR PUSTAKA

> Dra. Zuhairini. Dkk. “ FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM ” Jakarta : Bumi Aksara 2009
> Shihab, M. Quraish “Membumikan Al-Qur’an” Bandung : Mizan 1994
> Syafawi A. “Belajar Akhlak dari Nabi Muhammad SWA” ADI BINTANG : 2013











0 komentar:

Posting Komentar