KEHIDUPAN
Disusun Oleh :
Winardy Listiyo
1303040007
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
A.
ARTI
KEHIDUPAN
Dunia, yang
secara nyata dapat dinilai oleh setiap orang yang dapat melihat sebagai suatu
alam dimana kehidupan senantiasa berputar dengan segala kesenangan dan
kepahitannya, gelanggang dimana manusia dilepas untuk memainkan peranan
tertentu yang dipilihnya. Untuk memahami hidup, tentu kita harus menilik kepada
unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yaitu siapa penciptanya, untuk apa
diciptakan, dan bagaimana seharusnya kita hidup, dan bagaimana hubungan antara
ketiganya pada sebelum dan sesudahnya.
Ketika kita
memperhatikan alam, manusia, dan kehidupan, kita akan mendapatkan suatu yang
sangat seimbang dan sempurna tanpa cacat. Sesuatu yang apik seolah-olah tak
henti-hentinya diatur oleh sesuatu. Dan sesuatu itu tentunya adalah wajib
adanya seperti wajibnya keberadaan seorang pembuat kursi atas sebuah kursi yang
dapat kita indra. Dan sesuatu itu adalah mesti bersifat maha kuasa dan maha
sempurna serta maha cerdas, dikarenakan terlihatnya ciptaan-ciptaan yang
bergitu agung yang berada pada diri kita juga di sekeliling kita tempat kita
menjalani kehidupan yang keberadaannya bergitu nyata.
Firman Allah SWT
:
“Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam
6 hari (6 masa tertentu). Kemudian Dia bersemayam di atas arsyi ” (QS.
Al-Hadid :4)
Ayat di atas
menandakan bahwa Allah-lah pencipta langit dan bumi, termasuk kehidupan di
dalamnya, dan tidak benar ketika ada orang yang mengatakan bahwa kehidupan ini
ada dengan sendirinya atau teori-teori ilmuwan lain mengenai penciptaan alam
semesta yang menampik keberadaan Allah sebagai satu-satunya yang terlibat dalam
penciptaan itu, seperti pendapat para penganut paham Sosialis komunis.
Kemudian ayat :
“Dialah Tuhan di langit dan di bumi. Dia Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui“ (QS. Az-Zukhruf :84)
Di samping
sebagai pencipta, ternyata Allah jugalah penguasa langit dan bumi, hidup dan
kehidupan.
Oleh karena kita
sudah meyakini bahwa pencipta dunia beserta kehidupan di dalamnya adalah Allah
Yang Maha Esa. Maka adalah hal yang mustahil apabila seorang kreator Yang Maha
Cerdas tidak mengetahui hakikat ciptaannya beserta tujuan ciptaan-Nya. Seperti
mustahilnya seorang perancang software tidak mengenal seluk beluk karyanya atau
tidak mengetahui untuk aplikasi apa program yang telah dirancangnya dengan
segala daya upayanya.
Allah SWT sangat
mengenal hakikat ciptaan-Nya yaitu kelebihan dan kelemahannya serta Dia juga
mempunyai seperangkat tujuan atas karya-karya terebut, termasuk tujuan
diciptakannya hidup dan kehidupan. Dalam firman-Nya :
“Hidup di dunia ini, tak lain hanya
kesenangan dan permainan. Sesungguhnya kampung akhirat, itulah kehidupan yang
sebenarnya. Jika mereka mengetahui” (QS. Al-Ankabut :64)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia, hanya pergurauan, permainan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu
serta berlomba-lomba banyak pada harta benda dan anak-anak….hidup di dunia ini
tak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS. Al-Hadiid
:20)
“Katakanlah, kesenangan dunia Cuma sedikit
dan akhirat lebih baik bagi orang yang bertaqwa” (QS. An-Nisaa’
:77)
kehidupan dunia
yang kita agung-agungkan tidak lain hanyalah gelanggang permainan. Yang namanya
permainan, senang bukan senang benaran, susah juga bukan susah benaran. Semuanya
hanya sandiwara, tinggal bagaimana kita menyikapi kehidupan itu sendiri.
Ternyata pula bahwa ada alam lain yaitu alam akhirat yang lebih kekal dan
itulah kehidupan yang sebenarnya. Dunia hanya tipuan Allah untuk menguji
hamba-hamba-Nya. Seperti yang disebutkan pada ayat ini :
“Tuhan yang menciptakan mati dan hidup, karena hendak menguji kamu,
siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Al-Mulk :2)
Ternyata hidup
di dunia ini adalah salah satu fase kehidupan manusia menuju ke alam yang lain
yaitu alam akhirat setelah sebelumnya mengalami kematian dan berdiam di alam
barzakh (alam kubur). Alam yang akhirat mempunyai aturan main yang berbeda
dengan alam dunia. Aturan main yang baku, yang telah di tentukan oleh
penciptanya dan tak seorangpun yang kuasa mengubahnya. Yaitu bahwa orang yang
beriman dan beramal saleh, menaati Allah dan rasul serta bertaqwa akan selamat
dan dimasukkan ke dalam kesenangan abadi yaitu syurga.
Allah SWT
berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh
-tiadalah Kami berati seseorang melainkan sekedar tenaganya- mereka itulah
penghuni syurga mereka kekal di dalamnya” (Q.S Al-A’raaf : 42)
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang
bertaqwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab dan tidak
pula mereka berduka cita” (Q.S Az-Zumar :61)
Sebaliknya orang
yang kafir, zalim, fasik, durhaka serta banyak dosa akan di masukkan ke dalam
azab yang keras, dan abadi. Naudzu billah mindzalik. Sebagaimana firman-Nya :
“Orang-orang yang menyimpang dari kebenaran,
mereka menjadi kayu api bagi neraka jahannam” (QS. Al-Jin :15)
“Ingatlah, sesungguhnya orang-orang zalim itu
berada dalam azab yang kekal” (QS. Asy-Syuuaraa :45)
Walhasil,
ternyata kita hidup punya tujuan yaitu negeri akhirat, dan bagaimana hidup yang
benar itu adalah hidup dengan menaati aturan Allah yang semuanya tercantum
dalam Al-Quran.
A.
KEHIDUPAN
KEDUA
Sebelum membicarakan
wawasan Al-Quran tentang
kematian, terlebih dahulu perlu
digarisbawahi bahwa kematian
dalam pandangan Al-Quran tidak hanya terjadi
sekali, tetapi dua kali. Surat Ghafir ayat 11 mengabadikan
sekaligus membenarkan
ucapan
orang-orang kafir di hari kemudian:
"Mereka
berkata, 'Wahai Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali (pula),
lalu kami menyadari dosa-dosa kami maka
adakah jalan bagi kami untuk keluar (dari siksa neraka)?"
Kematian oleh
sementara ulama didefinisikan sebagai "ketiadaan hidup,"
atau "antonim dari
hidup." Kematian pertama
dialami oleh manusia sebelum kelahirannya, atau saat sebelum Allah menghembuskan ruh kehidupan kepadanya;
sedang kematian kedua, saat ia meninggalkan dunia yang
fana ini.
Kehidupan pertama
dialami oleh manusia pada saat manusia menarik dan
menghembuskan nafas di dunia,
sedang kehidupan kedua saat
ia berada di alam barzakh, atau kelak ketika ia hidup kekal di hari
akhirat.
Al-Quran berbicara
tentang kematian dalam
banyak ayat, sementara pakar
memperkirakan tidak kurang dari tiga ratusan ayat yang berbicara tentang berbagai
aspek kematian dan kehidupan sesudah kematian kedua.
Dari Al-Quran
ditemukan bahwa kehidupan yang dijelaskannya bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat. Ada kehidupan tumbuhan, binatang,
manusia, jin, dan malaikat,
sampai ke tingkat tertinggi yaitu kehidupan
Yang Mahahidup dan Pemberi Kehidupan.
Di sisi lain,
berulang kali ditekankannya bahwa ada kehidupan di dunia
dan ada pula
kehidupan di akhirat. Yang
pertama dinamai Al-Quran al-hayat ad-dunya (kehidupan yang
rendah), sedangkan yang
kedua dinamainva al-hayawan
(kehidupan yang sempurna).
"Sesungguhnya negeri akhirat itu adalah al-hayawan (kehidupan yang
sempurna)" (QS Al-'Ankabut [29]: 64).
Kematian
walaupun kelihatannya adalah kepunahan, tetapi pada hakikatnya adalah
kelahiran yang kedua. Kematian manusia dapat diibaratkan
dengan menetasnya telur-telur. Anak ayam yang
terkurung dalam telur,
tidak dapat mencapai kesempurnaan evolusinya kecuali
apabila ia menetas. Demikian juga
manusia, mereka tidak
akan mencapai kesempurnaannya kecuali apabila meninggalkan dunia ini
(mati).
Memang, Al-Quran
juga menyifati kematian sebagai musibah malapetaka (baca
surat Al-Ma-idah [5]: 106), tetapi
agaknya istilah ini lebih
banyak ditujukan kepada
manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang
ditinggal mati. Dalam arti bahwa kematian dapat merupakan
musibah bagi orang-orang yang ditinggalkan sekaligus musibah bagi mereka
yang mati tanpa membawa
bekal yang cukup
untuk hidup di
negeri seberang.
Setelah manusia mati akan
mengalami tahapan sbb :
1.
ALAM
BARZAKH
Para salaf
bersepakat tentang kebenaran adzab dan nikmat yang ada di alam kubur (barzakh)
. Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan
sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah.
Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh dan jasad manusia baik orang
mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW
selalu berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur.
2.
PENIUPAN
SANGKAKALA
Sangkakala
adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan
diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia dan
membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT
3.
HARI
BERBANGKIT
“Pada
hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan
itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala
sesuatu”. (QS. Al Mujadilah : 6).
4.
PADANG
MAHSYAR
“(Yaitu)
pada hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula)
langit dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).
5.
SYAFAAT
Syafaat ini
khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang
menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir dan munafik,
maka tidak ada syafaat bagi mereka. Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada
umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT).
6. HISAB
Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang
mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi
dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.
“Setiap manusia berlutut di atas lutut
mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan
amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan”.
(QS. Al Jatsiah:28).
7.
PEMBAGIAN
CATATAN AMAL
Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi
kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan
yang telah ia kerjakan di dunia.
8. MIZAN
Mizan
adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan
hamba-hamba-Nya. Allah berfirman :
“Dan
kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang
dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun
pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat
perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47)
Setelah
tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik
akan masuk neraka.
9.
TELAGA
Umat
Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari
telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga
masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas
dari yang lain.
10. UJIAN KEIMANAN SESEORANG
Selama
di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka
menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan
diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud
sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini
merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena
saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada
tubuh mereka.
11. SHIRATH
Shirath
adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi
orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).
12. JEMBATAN
Jembatan
disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini
dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas
neraka jahannam.
B.
KEHIDUPAN
AKHIRAT
Kehidupan di dunia ini sebenarnya
adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang mesti dilalui oleh
setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya, kehidupan
dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang
kekal sepanjang zaman. Ar-Raghib mengatakan, "Kekal adalah terbebasnya
sesuatu dari segala macam kerusakan dan tetap dalam keadaan semula."
Kehidupan dunia ini merupakan
jembatan penyeberangan, bukan tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan
sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat.
Karena itu, Alquran menamainya dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat
kehidupan yang sebenarnya.
Pertama, al-hayawan (kehidupan yang
sebenarnya). "Tiadalah kehidupan
dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah
yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui." (QS al-Ankabut
[29]: 64).
Kedua, dar al-qarar (tempat yang
kekal). "Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara), dan sesungguhnya akhirat
itulah negeri yang kekal." (QS Ghafir [40]: 39).
Ketiga, dar al-jaza' (tempat
pembalasan). "Di hari itu, Allah
akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah
mereka bahwa Allahlah yang benar lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut
hakikat yang sebenarnya)." (QS an-Nur [24]: 25).
Keempat, dar al-muttaqin (tempat
yang terbaik bagi orang yang bertakwa). "Dan
dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: 'Apakah yang telah diturunkan oleh
Tuhanmu?' Mereka menjawab: '(Allah telah menurunkan) kebaikan.' Orang-orang
yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Sesungguhnya
kampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang
yang bertakwa." (QS an-Nahl [16]: 30).
Dengan demikian, setelah manusia
mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka akan memberikan
perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan
dunia yang fana ini. Sebab, "Sesungguhnya
hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang." (QS
ad-Dhuha [93]: 4).
Oleh karena itu, "Sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki
buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah
diberikan kepada kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di
dalamnya." (QS al-Baqarah [2]: 25).
C.
CARA HIDUP
Salah satu nikmat
Allah yang harus kita jaga adalah nikmat kesehatan. Betapa tingginya nikmat
kesehatan ini dapat kita rasakan ketika kita telah dirundung sakit. Oleh karena
itu, maka mencegah agar kita tidak sakit akan jauh lebih berharga dibandingkan
dengan mengobatinya, meskipun kita percaya bahwa semua penyakit memang ada
obatnya.
Salah satu usaha
untuk mencegah supaya kita tidak gampang sakit adalah mengikuti cara yang
pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam sejarah Rasulullah SAW, konon
diketahui bahwa selama hidupnya pernah mengalami sakit satu kali saja. Yaitu
ketika beliau menjelang tutup usia. Memang ada juga pendapat yang menyatakan
bahwa Rasulullah pernah mengalami sakit lebih dari satu kali. Namun, pendapat
tersebut tetap menunjukkan bahwa Rasulullah memang jarang menderita sakit
selama hidupnya. Dengan melihat betapa sibuknya beliau dalam mengemban tugas
kenabian, maka pendapat tersebut tetap memberikan gambaran betapa kuat fisik
beliau atau betapa kuat daya tahan beliau.
Pertama,
Rasulullah SAW
sangat selektif dalam memilih makanan yang halalan dan toyyiban.Rasulullah
SAW hanya makan makanan yang halal, dalam arti bukan makanan haram yang
diperoleh dari usaha atau cara yang tidak dibenarkan secara syariat. Dengan
kata lain, Rasulullah SAW selalu makan makanan yang diperoleh dengan cara yang
benar. Bukan makanan dari hasil curian, bukan berasal dari uang korupsi, dan
sebagainya. Halal terkait dengan urusan akhirat. Sementara toyyib terkait
dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya untuk kesehatan kita, atau bergizi
atau tidaknya makanan yang kita makan.
Sate kambing,
sebagai contoh, memang merupakan makanan yang halal, karena diperoleh dari
membeli dengan menggunakan uang dari jerih payah dalam bekerja, bukan uang
korupsi dan atau bukan berasal dari hasil mencuri. Namun sate kambing bukan
makanan yang toyyib bagi seseorang yang mungkin mengalami tekanan darah tinggi.
Kedua,
Rasulullah
SAW tidak makan sebelum lapar, dan berhenti makan sebelum
kenyang. Dalam hal ini, Rasulullah SAW tidak makan sampai terlalu kenyang.
Tidak makan sampai di luar batas kemampuan perutnya. Rasulullah
mempertimbangkan kemampuan perut dengan perbandingan yang seimbang antara
sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk
udara (oksigen) di dalam perut.
Perbadingan
ideal tersebut hanya dapat dilakukan jika beliau tidak makan sebelum lapar,
segera berhenti makan sebelum kenyang. Dengan kata lain, makan yang baik adalah
pada waktunya. Penyakit maag pada umumnya terjadi karena cara makan yang tidak teratur.
Ketiga,
Rasulullah
SAW makan dengan tenang, tuma’ninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo yang
sedang. Cara makan yang dilakukan Rasulullah SAW ternyata sangat sesuai dengan
anjuran kesehatan, agar kita mengunyah makanan sampai sekitar 32 kali, sehingga
makanan yang kita makan sampai di usus besar dapat dicernakkan dengan mudah,
dan kemudian diserap di usus halus dengan mudah pula.
Tugas usus akan
sangat terbantu oleh cara makan yang tenang, tumakninah, tidak tergesa-gesa,
dan dengan tempo yang sedang.
Kita akan
menikmati lezatnya makanan yang kita makan dengan cara makan yang demikian. Dan
dengan demikian, rasa syukur akan muncul ketika kita makan, di samping memulai
makan dengan basmallah dan mengakhirinya dengan hamdallah.
Keempat,
Rasulullah SAW cepat
tidur dan cepat bangun. Jika sudah waktunya tidur, maka Rasulullah SAW
akan cepat tidur. Tidur yang tepat di malam hari kira-kira adalah seusai
istirahat setelah shalat Isya, kurang lebih pukul 21.30. Kemudian kira-kira
pukul 03.00 sudah bangun di pertiga malam untuk shalat malam.
Dengan demikian
waktu yang digunakan untuk tidur adalah kurang dari delapan jam. Dalam konteks
ini, penggunaan waktu 24 jam dalam satu hari satu malam, adalah sepertiga untuk
bekerja, sepertiga untuk beribadah kepada Allah, dan sepertiga lagi adalah
untuk tidur yang cukup. Tentu saja, perbandingan ini tidaklah kaku, melainkan
dalam pengertian dalam keseimbangan.
Kelima,
Rasulullah SAW
selalu istiqamah melaksanakan puasa sunah, di luar puasa wajib
Ramadhan. Dari segi kesehatan, puasa merupakan satu bentuk pemberian
istirahat bagi sistem pencernakan makanan kita. Ibarat mesin, sistem
pencernakan kita memerlukan masa overhaul atau turun
mesin untuk merevitalisasi kemampuan mesin.
Demikian juga
dengan sistem pencernakan kita, juga memerlukan turun mesin agar dapat
mempunyai tenaga kembali untuk melakukan tugasnya dalam mencerna makanan dalam
tubuh kita.
Keenam,
Rasulullah SAW selalu rutin
berolahraga. Olahraga merupakan kegiatan menggerakan seluruh anggota tubuh
secara teratur, sehingga otot-otot menjadi kuat, persendian tidak kaku, dan
aliran darah berjalan lebih lancar ke semua jaringan dan organ-organ tubuh.
Rasulullah SAW menganjurkan semua muslim berolahraga secara rutin sebagai upaya
untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Sabda beliau: “Ajarilah anakmu (olahraga) berenang dan
memanah” (HR.Dailami).
Ketujuh,
Rasulullah SAW
selalu menjaga kebersihan. Beliau senantiasa nampak rapi dan bersih
walaupun pakaian yang beliau miliki tak lebih dari dua salinan. Tak pernah ada
bintik-bintik hitam atau kuning pada sorbannya. Sedang gamisnya selalu putih
bersih.
Tiap hari kamis
atau jumat beliau mencukur rambut-rambut halus yang tumbuh di bagian pipi. Kuku
juga dipotong setiap pekan. Rambut yang panjang selalu tersisir rapi pada waktu
tertentu, beliau mengoleskannya dengan sejenis minyak wangi. Gigi beliau putih
dan berbaris rapi.
Kedelapan,
Rasulullah SAW
tidak pernah marah. Suatu riwayat menceritakan bahwa seorang untusan dari Bani
Nadhir menemui Rasulullah untuk minta nasehat yang pendek dan dengan
melaksanakan nasehat pendek itu, ia ingin masuk surga sehingga terlepas dari
siksa neraka. Nabi memberi nasehat pendek.
“Jangan Marah”
“Ulangi nasehatmu ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”
“Sekali lagi ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”
Kesembilan,
Rasulullah SAW menganjurkan
agar jangan iri hati. Iri hati adalah saudara kandung dari buruk sangka.
Misal, timbul kecemasan dan kegelisahan dalam diri seseorang jika temannya
memperoleh kehidupan yang lebih baik atau pangkat yang lebih tinggi. Hati
Rasulullah selalu tenteram dan tak pernah membenci siapapun. Beliau bersabda:
DAFTAR PUSTAKA
>
Dra. Zuhairini. Dkk. “ FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM ” Jakarta : Bumi Aksara
2009
>
Shihab, M. Quraish “Membumikan Al-Qur’an” Bandung : Mizan 1994
>
Syafawi A. “Belajar Akhlak dari Nabi Muhammad SWA” ADI BINTANG : 2013